Pohon-pohon tinggi adalah dinding, daun-daun
rindang atapnya,sumur kecil dengan mata air yang jernih serta bau khas tanah
ada ditengah-tengahnya,matahari masih terasa hangat,hewan-hewan bermain
ria dari pohon ke
pohon,bernyanyi,bercengkrama indah. Masih di sebut Hutan.
Pagi di dalam hutan. mbak Ati sibuk mencuci setumpuk pakaian, dan seorang
anak kecil perempuan sedang asyik mandi sambil bermain air. Setelah menyelesaikan
pekerjaannya ia mengajak pulang anak perempuan yang tidak lain adalah cucunya. Anak
itu bernama Andita atau biasa dipanggil Dita.Sang cucu pun bergegas
menuruti perintah sang nenek. Satu ember
besar penuh berisi pakaian yang dicuci tadi kini sudah berada di gendongan mbak
Ati ,sedangkan cucunya bertugas membawa gayung yang berisi peralatan mandi.
Mereka mulai berjalan meninggalkan hutan dan meniti sebatang pohon
besar,tiba-tiba cucunya terpeleset,kakinya terjebak di tanah becek hingga mata kaki. Ia pun memarahi cucunya.
“ sudah tinggal saja kamu
disini,aku malas membawa kamu yang kotor begitu”mbak Ati berjalan menuju arah pulang dan
membiarkan cucunya yang diam menangis terisak tanpa bersalah.
Perlahan bayangan
sang nenek hilang dari pandangan mata Dita, kini hanya dia dan suara-suara hewan hutan diantara
pohon-pohon lebat yang berdiri kokoh. Ia menangis terisak sambil
ketakutan,namun ia lebih tidak berani meninggalkan tempat itu.Aneh. Ternyata tidak
berapa lama mbak Ati kembali dengan seember air. Perasaan lega dan bahagia kini
menyelimuti hati Dita. Kemudian Mbak Ati membasuh kaki Dita yang kotor. Meskipun sepertinya
jahat tapi sesungguhnya ia baik. Setelah kaki cucunya bersih barulah mereka
pulang.
Mereka tinggal
disebuah perkampungan kecil yang hanya ada 3 buah rumah. 1 rumah memiliki fasilitas karaoke dengan 1 buah TV
14”layar hitam putih, dan sound system yang memadai,serta minuman keras
berjenis Malaga, dan beberapa kamar. 1 buah rumahnya lagi hanya memiliki
beberapa kamar namun tidak ada fasilitas karaoke. Meskipun tidak ada lampu
listrik disana menggunakan mesin genset.Dan rumah yang terakhir adalah rumah
mbak Ati. Didalam rumah yang tidak begitu besar itulah mbak Ati,Dita dan Guntur
suaminya tinggal. Mbak Ati memiliki usaha kecil-kecilan di depan rumahnya.Ia
berjualan kue-kue ringan serta mengambil upah mencuci pakaian sebagai kerja
sampingan. Guntur, suami mbak Ati ,masih pengangguran, kerja sampingannya
paling-paling adu ayam dan sejenisnya.
Suatu hari Dita,
bocah berusia kurang lebih 3,5 tahun ini di marahi oleh mbak Ati. Mbak Ati
memuntahkan kekesalannya kepada Dita yang masih belum tahu apa-apa. Kata – kata
kasar nan keras terdengar jelas hingga
keluar rumah,belum lagi lemparan benda-benda penggorengan yang beruntung tidak
sampai mengenai Dita. Guntur hanya duduk sambil menikmati secangkir kopi di
dekat jendela persis horisontal dengan Dita.Tidak ada perlawanan sedikitpun
dari Dita maupun dari sang kakek atas kemarahan sang nenek. Dan kejadian itu
terekam jelas di memori Dita. Begitu pula saat Dita yang masih lugu disuruh
menjaga warung. Dita mengambil kue yang ada di meja tanpa minta izin,memakannya
perlahan gigitan demi gigitan sambil sembunyi-sembunyi tanpa sepengatahuan sang
nenek. Belum habis kue yang Dita ambil gelagat Dita ketahuan juga menyembunyikan
kue di belakangnya. Emosi mbak Ati naik lagi,memukuli Dita,kata – kata kasar
seperti biasanya. Mbak Ati menyuruh Dita membayar kue yang sudah dimakannya.
“Memangnya kamu bisa
membayar kue yang kamu makan hah “?!!”
Dita hanya
menangis,memikirkan kata yang baru saja diucapkan neneknya. Mencerna bagaimana
ia harus membayarnya. Namun tiba-tiba terdengar suara seorang pria paruh baya
dari luar mengatakan kalau dia yang akan membayar kue yang dimakan Dita.
“Biar nanti aku yang
bayar mbak Ati,harganya berapa?”tanya pria tersebut
“ Dua ratus lima puluh ”jawab
mbak Ati
“ya sudah ambil satu
lagi Dita biar pas lima ratus” pria itu sambil menyodorkan uang pas lima ratusan yang kemudian
disambut oleh mbak Ati.
“Terima kasih”kata mbak
Ati
Dita yang masih
terisak,belum sempat berterima kasih, pria itu sudah pergi menjauh. Dita
terpukul menyadari kenyataan yang baru saja terjadi dengannya.Betapa tidak
neneknya sendiri bisa-bisanya menerima uang bayaran pria tersebut padahal yang
memakan kue adalah cucunya sendiri.Karena kejadian itu Dita hanya makan sepiring nasi dan kecap tanpa lauk pauk apapun.
Keesokan harinya
Dita diajak mbak Ati mengantarkan kue dan kacang goreng pesanan.Dita menarik
kardus yang berisi kue dan kacang-kacangan dengan seikat tali. Mereka harus berjalan kurang lebih 300 meter dari
rumah menuju jalan raya. Diluar sana pun hanya terdapat 4 buah rumah.
Diseberang jalannya lagi hanya pohon-pohon dan semak belukar. Mereka berhenti
di rumah yang ke 3 dari depan gang kampung. Rumah itu dihuni oleh seorang janda
atau dipanggil mbak Eka yang merantau dari kota Banjarmasin dengan usaha
kecil-kecilan di rumahnya. Itulah awal pertemuan Dita dengan mba Eka.
ayooooo..... mana kelanjutannyaaaa????
BalasHapuspembaca penasaran