Senin, 17 Desember 2012

Cerbung 1


Pohon-pohon tinggi adalah dinding, daun-daun rindang atapnya,sumur kecil dengan mata air yang jernih serta bau khas tanah ada ditengah-tengahnya,matahari masih terasa hangat,hewan-hewan bermain ria  dari pohon ke pohon,bernyanyi,bercengkrama indah. Masih di sebut Hutan.
Pagi di dalam hutan.  mbak Ati sibuk mencuci setumpuk pakaian, dan seorang anak kecil perempuan sedang asyik mandi sambil bermain air. Setelah menyelesaikan pekerjaannya ia mengajak pulang anak perempuan yang tidak lain adalah cucunya. Anak itu bernama Andita atau biasa dipanggil Dita.Sang cucu pun bergegas menuruti  perintah sang nenek. Satu ember besar penuh berisi pakaian yang dicuci tadi kini sudah berada di gendongan mbak Ati ,sedangkan cucunya bertugas membawa gayung yang berisi peralatan mandi. Mereka mulai berjalan meninggalkan hutan dan meniti sebatang pohon besar,tiba-tiba cucunya terpeleset,kakinya terjebak di tanah becek  hingga mata kaki. Ia pun memarahi cucunya.

Yaa ampun,sudah bersih malah kotor lagi,makanya kalo jalan hati-hati!dengan nada keras.
sudah tinggal saja kamu disini,aku malas membawa kamu yang kotor begitumbak Ati berjalan menuju arah pulang dan membiarkan cucunya yang diam menangis  terisak tanpa bersalah.
Perlahan bayangan sang nenek hilang dari pandangan mata Dita, kini hanya dia  dan suara-suara hewan hutan diantara pohon-pohon lebat yang berdiri kokoh. Ia menangis terisak sambil ketakutan,namun ia lebih tidak berani meninggalkan tempat itu.Aneh. Ternyata tidak berapa lama mbak Ati kembali dengan seember air. Perasaan lega dan bahagia kini menyelimuti hati Dita. Kemudian Mbak Ati  membasuh kaki Dita yang kotor. Meskipun sepertinya jahat tapi sesungguhnya ia baik. Setelah kaki cucunya bersih barulah mereka pulang.
Mereka tinggal disebuah perkampungan kecil yang hanya ada 3 buah rumah. 1 rumah  memiliki fasilitas karaoke dengan 1 buah TV 14”layar hitam putih, dan sound system yang memadai,serta minuman keras berjenis Malaga, dan beberapa kamar. 1 buah rumahnya lagi hanya memiliki beberapa kamar namun tidak ada fasilitas karaoke. Meskipun tidak ada lampu listrik disana menggunakan mesin genset.Dan rumah yang terakhir adalah rumah mbak Ati. Didalam rumah yang tidak begitu besar itulah mbak Ati,Dita dan Guntur suaminya tinggal. Mbak Ati memiliki usaha kecil-kecilan di depan rumahnya.Ia berjualan kue-kue ringan serta mengambil upah mencuci pakaian sebagai kerja sampingan. Guntur, suami mbak Ati ,masih pengangguran, kerja sampingannya paling-paling adu ayam dan sejenisnya.
Suatu hari Dita, bocah berusia kurang lebih 3,5 tahun ini di marahi oleh mbak Ati. Mbak Ati memuntahkan kekesalannya kepada Dita yang masih belum tahu apa-apa. Kata – kata kasar nan keras terdengar jelas  hingga keluar rumah,belum lagi lemparan benda-benda penggorengan yang beruntung tidak sampai mengenai Dita. Guntur hanya duduk sambil menikmati secangkir kopi di dekat jendela persis horisontal dengan Dita.Tidak ada perlawanan sedikitpun dari Dita maupun dari sang kakek atas kemarahan sang nenek. Dan kejadian itu terekam jelas di memori Dita. Begitu pula saat Dita yang masih lugu disuruh menjaga warung. Dita mengambil kue yang ada di meja tanpa minta izin,memakannya perlahan gigitan demi gigitan sambil sembunyi-sembunyi tanpa sepengatahuan sang nenek. Belum habis kue yang Dita ambil gelagat Dita ketahuan juga menyembunyikan kue di belakangnya. Emosi mbak Ati naik lagi,memukuli Dita,kata – kata kasar seperti biasanya. Mbak Ati menyuruh Dita membayar kue yang sudah dimakannya.
Memangnya kamu bisa membayar kue yang kamu makan hah “?!!”
Dita hanya menangis,memikirkan kata yang baru saja diucapkan neneknya. Mencerna bagaimana ia harus membayarnya. Namun tiba-tiba terdengar suara seorang pria paruh baya dari luar mengatakan kalau dia yang akan membayar kue yang dimakan Dita.
Biar nanti aku yang bayar mbak Ati,harganya berapa?”tanya pria tersebut
“ Dua ratus lima puluh ”jawab mbak Ati
“ya sudah ambil satu lagi Dita biar pas lima ratus” pria itu sambil menyodorkan uang pas lima ratusan yang kemudian disambut oleh mbak Ati.
Terima kasih”kata mbak Ati
Dita yang masih terisak,belum sempat berterima kasih, pria itu sudah pergi menjauh. Dita terpukul menyadari kenyataan yang baru saja terjadi dengannya.Betapa tidak neneknya sendiri bisa-bisanya menerima uang bayaran pria tersebut padahal yang memakan kue adalah cucunya sendiri.Karena kejadian itu Dita hanya makan sepiring nasi dan kecap tanpa lauk pauk apapun.
Keesokan harinya Dita diajak mbak Ati mengantarkan kue dan kacang goreng pesanan.Dita menarik kardus yang berisi kue dan kacang-kacangan dengan seikat tali. Mereka  harus berjalan kurang lebih 300 meter dari rumah menuju jalan raya. Diluar sana pun hanya terdapat 4 buah rumah. Diseberang jalannya lagi hanya pohon-pohon dan semak belukar. Mereka berhenti di rumah yang ke 3 dari depan gang kampung. Rumah itu dihuni oleh seorang janda atau dipanggil mbak Eka yang merantau dari kota Banjarmasin dengan usaha kecil-kecilan di rumahnya. Itulah awal pertemuan Dita dengan mba Eka.

1 komentar:

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.